Kiranya bintangku tidak lagi bersinar – Dialog Asma’ dan anaknya Abdullah Ibnu Zubair

Ekoran Hajjaj ibnu Yusuf memburu Abdullah ibnu Zubair (zaman Khalifah Abdul Malik Marwan), Abdullah menemui ibunya Asma’ binti Abu Bakar bagi mendapatkan nasihat dari ibunya yang bijaksana. Berikut petikan dari buku “An-Nisa’ Haula Ar-Rasul” tentang pertemuan terakhir mereka yang menyayat hati:

Penulis buku, Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi mencatat dialog yang terjadi antara Asma’ dengan Abdullah, dalam sebuah qasidah yang dianggap sebuah karya seni yang indah.

Dia berkata : Asma’ di antara manusia adalah sebaik-baik wanita ia lakukan perbuatan terbaik di saat perpisahan datang kepadanya Ibnu Zubair menyeret baju besi di bawah baju besi berlumur darah. Ia (Abdullah Ibnu Zubair) berkata : Wahai Ibu, aku telah payah dengan urusanku antara penawanan yang pahit dan pembunuhan yang keji. Teman-teman dan zaman mengkhianatiku, maka aku tak punya teman selain pedangku. Kulihat bintangku yang tampak terang telah lenyap dariku dan tidak lagi naik.

Kaumku telah berupaya melindungiku, maka tak ada penolong selain itu jika aku menerimanya. Asma’ menjawab dengan kelopak mata yang kering seakan-akan tidak ada tempat sebelumnya bagi air mata. Air mata itu berubah menjadi wap yang naik dari hatinya yang patah. Tidaklah diselamatkan kecuali kehidupan atau ia menjadi tulang-belulang seperti halnya batang pohon kematian di medan perang lebih baik bagimu daripada hidup hina dan tunduk jika orang-orang menelantarkanmu, maka sabar dan tabahlah, karena Allah tidak menelantarkan.

Matilah mulia, sebagaimana engkau hidup mulia dan hiduplah selalu dalam namamu yang mulia dan tinggi tiada di antara hidup dan mati kecuali menyerang di tengah pasukan itu. Kata-kata Asma’ kepada puteranya ini akan tetap menjadi cahaya di atas jalan kehidupan yang mulia, yaitu ketika puteranya berkata : “Wahai, Ibu, aku takut jika pasukan Syam membunuhku, mereka akan memotong- motong tubuh dan menyalibku.”

Asma’ menjawab dengan perkataan yang kukuh seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan perkataan itulah yang menentukan akhir pertempuran : “Hai, Anakku, sesungguhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila ia dikuliti.” Al-Manfaluthi menyudahi kasidahnya dengan perkataan : Datang berita kematian kepada ibunya, maka ia pun mengeluarkan air matanya yang tertahan.

Petikan “An-Nisa’ Haula Ar-Rasul” (Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW) oleh Muhammad Ibrahim Salim dalam perihal Asma’ binti Abu Bakar

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s